Sebab-Sebab Doa Sulit Terkabul

Umat Islam Harus Tahu Sebab-Sebab Doa Sulit
Terkabul




Allah Subhanahu Wa Ta’alamemerintahkan kepada umat Islam untuk senantiasa
berdoa dan memohon kepada-Nya. Doa dan harapan yang kita panjatkan pasti akan
dikabulkan-Nya karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
Quran Cordoba telah merangkum waktu-waktu yang mustajab untuk berdoapada
artikel sebelumnya. Namun, banyak umat muslim yang telah berdoa tapi merasa
bahwa doanya tidak kunjung dikabulkan. Kali ini Quran Cordoba akan mencoba
merangkum sebab-sebab doa sulit terkabul dalam point-point berikut ini :
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Ghafir ayat 60 :
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِینَ یَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَیَدْخُلُونَ جَھَنَّمَ دَاخِرِینَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke
dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Sebelum mengerti tentang sebab-sebab doa sulit terkabul, kita harus meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala sesungguhnya akan
mengabulkan doa-doa kita sesuai dengan surat Ghafir ayat 60 di atas. Setelah
yakin, mari kita intropeksi diri apa saja sebenarnya yang selama ini kita
lakukan hingga doa yang kita panjatkan tidak kunjung dikabulkan oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala .
1. Hubungan hamba dengan Robnya yang tidak erat.
Sifat dasar manusia adalah ingat ketika butuh dan lupa ketika tidak butuh.
Saat sedang sulit biasanya manusia akan ingat kepada Allah dan saat senang
Allah akan dillupakan. Hubungan hamba dengan Robnya yang seperti ini bisa
jadi membuat doa sulit terkabul. Allah akan menguji keimanan seseorang dengan
ujian yang berat sebelum mendapatkan cintaNya.
Manusia-manusia yang mendapatkan cinta Allah adalah manusia yang telah
berhasil melawati ujian dan akan mendapatkan kemudahan-kemudahan di dunia
dan di akhirat. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun cinta dan ridho kepada
mereka.
Hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ للهََّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَھُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَھُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَھُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh,
jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka.
Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa
siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031,
hasan kata Syaikh Al Albani).
2. Jeleknya Amal Ibadah
Seseorang yang selalu menjaga amal ibadahnya dengan baik akan memiliki
kualitas iman yang baik pula. Seorang yang selalu menjaga kekhusyuan shalat
pasti berbeda dengan orang yang shalat hanya memenuhi kewajiban saja. Amal
ibadah yang wajib dan sunnah selalu dikerjakan dengan baik dapat berimbas
pada ketenangan hati dalam menyikapi berbagai hal. Hati yang lalai dan tidak
tenang dalam berdoa menjadikan doa sulit terkabul.
Dalil bahwa do’a dengan hati yang lalai :
ادْعُوا للهََّ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ للهََّ لاَ یَسْتَجِیبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah
bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” ( HR. Tirmidzi no.
3479, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan )
Jadi salah satu penyebab sulit terkabulnya doa salah satunya adalah karena
jeleknya amal ibadah yang membuat iman kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menjadi sangat lemah dan mudah dikendalikan oleh syaitan.
3. Masih melakukan kemaksiatan dan perbuatan tidak benar
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ما مِنْ مُسْلِمٍ یَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَیْسَ فِیھَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِیعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ للهَُّ بِھَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَھُ دَعْوَتُھُ وَإِمَّا أَنْ
یَصْرِفَ عَنْھُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَھَا. قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ للهَُّ أَكْثَرُ ◌ُ یَدَّخِرَھَا لَھُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak
mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan
Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya,
[2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan
menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang
memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” ( HR. Ahmad 3/18, dari Abu
Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid )
Dari hadits di atas disebutkan bahwa orang yang berdoa tapi masih melakukan
perbuatan dosa dan kemaksiatan maka Allah tidak mengabulkan doa-doanya.
Selain itu, memutuskan silaturahmi juga menjadi penyebab sulit terkabulnya
doa. Ketika kita telah meninggalkan dosa dan kemaksiatan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala akan memberikan tiga hal yaitu :
– Allah akan segera mengabulkan doanya.
– Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak
– Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.
4. Masih memakan harta-harta haram
Dalil pengaruh makanan yang haram terhadap do’a, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
أَیُّھَا النَّاسُ إِنَّ للهََّ طَیِّبٌ لاَ یَقْبَلُ إِلاَّ طَیِّبًا وَإِنَّ للهََّ أَمَرَ الْمُؤْمِنِینَ بِمَا أَمَرَ بِھِ الْمُرْسَلِینَ فَقَالَ ( یَا أَیُّھَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ
ثُمَّ ذَكَرَ .« ( الطَّیِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِیمٌ) وَقَالَ (یَا أَیُّھَا الَّذِینَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَیِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
الرَّجُلَ یُطِیلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ یَمُدُّ یَدَیْھِ إِلَى السَّمَاءِ یَا رَبِّ یَا رَبِّ وَمَطْعَمُھُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُھُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُھُ حَرَامٌ
وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى یُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak
akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang
baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah
menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang
telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga
rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit
seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari
barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram
dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan
memperkenankan do’anya?“ ( HR. Muslim no. 1015 )
5. Allah mengganti apa yang ia minta dengan yang lebih bermanfaat di surga
dan akhirat kelak.
Sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengabulkan doa kita yang terakhir
adalah karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menyimpan doa-doa kita di surga
dan akhirat kelak. Allah mengabulkan doa kita kelak di akhirat ketika
pertolongan sudah tidak ada lagi kecuali hanya datang dari Allah lewat
doa-doa kita saat ini.
Sikap Husnudzon kepada Allah harus kita tanamkan agar doa-doa yang kita
panjatkan mempunyai kekuatan. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang kepada umatnya tidak mungkin Allah mendzolimi umatnya apalagi
umatnya yang Allah cintai dan mencintai Allah.
Jadi kesimpulannya, jangan putus asa dalam berdoa. Teruslah berusaha untuk
memperbaiki diri dan mencari solusi dari masalah yang kita hadapi seraya
berdoa dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Jika pun terasa
bahwa Allah belum mengabulkan doa-doa kita yakinlah bahwa Allah mengganti
dengan yang lebih baik atau bisa jadi Allah menyimpan doa-doa kita kelak untuk
dikabulkan di akhirat.
Wallahu’alam …

Waktu Mustajab Untuk Berdoa

Waktu Mustajab Untuk Berdoa Yang Sering Dilupakan Umat Islam Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah Subhanahu Wa Ta’alamemberikan kasih-Nya kepada seluruh manusia, sedangkan sayangnya hanya kepada orang-orang beriman. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencintai hamba yang senantiasa memohon dan berharap kepada-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Ghafir ayat 60 :

 ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِینَ یَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَیَدْخُلُونَ جَھَنَّمَ دَاخِرِینَ
 “Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) 

Sebaliknya orang-orang yang enggan memohon, berharap, dan menyombongkan diri untuk beribadah kepada Allah akan mendapatkan siksa dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam, Naudzubillah. Oleh karena itu senantiasa berdoa merupakan kebutuhan manusia dalam rangka beribadah dan bertauhid hanya kepada Allah. Quran Cordoba telah merangkum waktu mustajab untuk berdoa yang sering dilupakan umat Islam dalam poin-poin berikut ini : 

 1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:


 ینزل ربنا تبارك وتعالى كل لیلة إلى السماء الدنیا ، حین یبقى ثلث اللیل الآخر، یقول : من یدعوني فأستجیب لھ ، من یسألني فأعطیھ ، من یستغفرني فأغفر لھ 
 “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758) 

2. Ketika berbuka puasa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : 
ثلاث لا ترد دعوتھم الصائم حتى یفطر والإمام العادل و المظلوم 
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi”(HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi). 

3. Ketika malam lailatul qadar Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: لَیْلَةُ الْقَدْرِ خَیْرٌ مِنْ أَلْفِ شَھْرٍ “Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3) Malam lailatul qadr, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala,namun Rasulullah telah menyampaikan ciri-ciri malam lailatul qadr dengan sabda beliau : تَحَرَّوْا لَیْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

4. Ketika adzan berkumandang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:
 ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حین یلحم بعضھم بعضا “
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”).

5. Di antara adzan dan iqamah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
 الدعاء لا یرد بین الأذان والإقامة
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”) .

6. Ketika sedang sujud dalam shalat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:
أقرب ما یكون العبد

 من ربھ وھو ساجد . فأكثروا الدعا
 “Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)

7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: قیل یا
 رسول لله صلى لله علیھ وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف اللیل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات “Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)

8. Di hari Jum’at Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, أن رسول لله صلى لله علیھ وسلم ذكر یوم الجمعة ، فقال : فیھ ساعة ، لا یوافقھا عبد مسلم ، وھو قائم یصلي ، یسأل لله تعالى شیئا ، إلا أعطاه إیاه . وأشار بیده یقللھا “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)

9. Ketika turun hujan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر “Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)

10. Ketika Perang Berkecamuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حین یلحم بعضھم بعضا “Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”) 11. Ketika Hari Arafah Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: خیر الدعاء دعاء یوم عرفة “Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi) Wallahua’lam, semoga kita dapat diberikan kesempatan untuk mengamalkan amalan yang sudah dijelaskan di atas sehingga Allah Ta’alamengabulkan doa-doa yang kita panjatkan.

Keutamaan Shalat berjamaah

Umat Islam Harus Tahu Keutamaan Shalat berjamaah Ini Umat Islam Harus Tahu Keutamaan Shalat berjamaah Ini Salah satu sunnah Nabi SAW yang seringkali kurang diindahkan oleh umat Islam adalah shalat berjamaaah di masjid. Kurangnya perhatian umat Islam pada sunanul huda ini telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Karena bukan hanya kalangan awam saja yang meninggalkannya, tapi juga tidak sedikit kalangan khusus—santri, ustadz, dan tokoh agama—yang meninggalkannya. Padahal jika kita simak berbagai hadits Nabi Muhammad SAW, tentu akan kita dapati perhatian yang demikian kuat dari generasi terbaik itu pada ibadah sunnah muakkad ini. Shalat berjama’ah di masjid amat ditekankan perintahnya oleh Rasulullah SAW. Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Ada seorang buta datang kepada Nabi SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang menuntun saya untuk datang ke masjid”;kemudian laki-laki buta itu minta keringanan/dispensasi kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya. Nabi SAW pun mengizinkannya; tetapi ketika ia bangkit untuk pulang, beliau SAW bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar panggilan untuk shalat (adzan)?”. Laki-laki buta itu menjawab: “Ya (saya mendengar)”.Nabi SAW bersabda: “(Kalau begitu)Kamu harus datang ke masjid”. Hadits di atas dengan jelas menginformasikan tentang penekanan perintah shalat berjama’ah, seorang buta sekalipun—bahkan yang tidak memiliki penuntun—tetap harus datang ke masjid jika mendengar seruan adzan. Selain itu, shalat berjama’ah pun memiliki keutamaan daripada shalat sendirian. Sebuah hadits masyhur muttafaq ‘alaih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menerangkan hal ini, Dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Shalat berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat”. Sungguh sangat rugi orang yang melewatkan begitu saja keutamaan ini. Wahai saudaraku, bukankah ini seharusnya yang kita kejar demi meraih keridhoan Allah SWT? Demi membuktikan kecintaan kita pada-Nya? Demi meraih kebaikan bagi kehidupan kita? Takutlah kepada Allah, karena sifat malas shalat berjama’ah di masjid—khususnya shubuh dan isya—adalah ciri orang munafik. Hal ini dijelaskan sendiri oleh beliau, “Tidak ada shalat—berjama’ah—yang dirasakan berat oleh orang munafik, kecuali shalat fajr (shubuh) dan isya. Seandainya mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada keduanya, pasti mereka akan mendatangi keduanya walaupun harus merangkak…” Oleh karena itu marilah kita berupaya sekuat tenaga menghidupkan sunnah shalat berjamaah ini. Agar keislaman kita terpelihara dan terhindar dari kesesatan serta kemunafikan. Sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Siapa saja diantara kalian yang ingin bertemu dengan Allah SWT sebagai muslim maka ia harus benar-benar menjaga shalat-shalat ketika terdengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi SAW sunanul huda (tuntunan-tuntunan yang penuh petunjuk) dan sesungguhnya shalat jama’ah itu termasuk sunanul huda. Seandainya kalian shalat di rumahmu sebagaimana kebiasaan orang yang tidak suka berjama’ah, niscaya kamu sekalian telah meninggalkan sunnah Nabi, dan seandainya kamu sekalian meninggalkan sunnah Nabi, niscaya kamu tersesat. Sungguh pada masa Nabi tiada seorang pun tertinggal dari shalat berjama’ah kecuali orang munafik yang jelas-jelas munafik. Sehingga terjadi ada seorang (sahabat) dipapah oleh dua orang sehingga ia bias berdiri pada salah satu barisan” (HR. Muslim). Mari saudaraku, tekadkan dalam hati untuk selalu menjaga shalat berjama’ah di masjid. Jangan lupa ajak keluarga dan tetangga-tetangga kita untuk melaksanakannya. Insya Allah dengan sunnah ini umat Islam akan menjadi umat yang solid; terpelihara rasa persaudaraan, persatuan dan kesatuannya. Semoga.